Nama Cibungur berasal dari dua unsur yaitu air dan tumbuhan,
Ci = cai (Air;bahasa indonesia), Bungur =pohon bungur (Lagerstroemia;latin),
diambil dari sebuah tempat dipinggiran hutan dan rawa – rawa yang terdapat sebuah sumber mata air (masyarakat menyebutnya “ciburial” = selalu menyemburkan air dari dalam tanah) dan didekat mata air tersebut terdapat banyak pohon bungur, dengan kata lain Cibungur adalah yang berarti “air bungur”.
Desa Cibungur diperkirakan mulai berdiri pada abad ke 17 dijaman kerajaan sumedang larang yang dipimpin oleh Pangeran Rangga Gede yang telah berdaulat dibawah kesultanan mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung dimana kekuasaannnya hampir menguasai seluruh pulau jawa dan Madura.
Menurut salah seorang aparatur desa yang menjabat sekaligus dianggap sebagai salah satu sesepuh Desa Cibungur yang pernah diwawancarai pada tahun 1991, orang yang diyakini memulai peradaban dan memberikan nama perkampungan didaerah tersebut merujuk kepada sebuah petilasan maqom yang dikeramatkan dan dianggap paling tua, yaitu sebuah petilasan yang oleh penduduk sekitar lebih dikenal dengan julukan Mbah Jelom dan menurut informasi kuncen pertama yang kemudian turun temurun, Mbah Jelom adalah salah satu panglima perang pasukan mataram, karena dulu yang membersihkan dan membangun petilasan tersebut juga orang – orang dari mataram, sehingga dapat disimpulkan kolerasi antara adanya Desa Cibungur dengan petilasan tersebut adalah pada saat pasukan mataram bersama pasukan Sumedang Larang melakukan penyerangan terhadap tentara VOC Belanda di Batavia (Jakarta) pada tahun 1628 M – 1629 M, tetapi penyerangan yang dilakukan secara berkali – kali tersebut selalu dipukul mundur oleh tentara VOC Kolonial Belanda yang akhirnya memaksa harus kembali melalui jalur utara pulau jawa, dari perjalanan menuju pulang itulah kemungkinan pasukan mataram & sumedang larang banyak yang beristirahat dari satu daerah ke daerah lain sambil bertani dan bercocok tanam disepanjang jalur utara pulau jawa,, termasuk didaerah Cibungur yang termasuk berada di daerah utara pulau jawa,,
Pada jaman pemerintahan Hindia belanda tahun 1912 tercatat secara administrative Desa Cibungur mempunyai luas wilayah + 2.602.300 Ha, meliputi 4 kampung yaitu Dangdeur, wanakerta, Cinangka, dan Bungursari dengan dipimpin oleh lurah bernama :
1. Wanadipura, (Lurah Burut)
Masa kepemimpinan tahun : + 1890 – 1912
2. Lurah Epol (nama alias), (Lurah yang ditunjuk dari Pemerintahan Hindia Belanda)
Masa kepemimpinan tahun : + 1912 – 1921
3. Wanadireja,
Masa kepemimpinan tahun : + 1921 – 1930
4. Wanadikarta, (Lurah Keron)
Masa kepemimpinan tahun : + 1930 – 1960
5. Lurah Dailan
Masa kepemimpinan tahun : + 1930 – 1960
Penulis : Zarott Resspro
Tinggalkan Komentar
Email anda tidak akan ditampilkan. Harap isi semua yang bertanda *